BeritaRakyat.Co, Konawe Selatan – Penanganan kasus pelecehan seksual terhadap anak di bawah umur di Kelurahan Ngapaaha, Kecamatan Tinanggea Kabupaten Konawe Selatan (Konsel) menuai sorotan dari masyarakat. Pasalnya Komisi Perlindungan Anak Daerah (KPAD) Konawe Selatan dinilai lamban dalam memberikan pendampingan trauma kepada korban, yang merupakan hak mendasar dalam proses pemulihan psikis pasca peristiwa traumatis tersebut. (12/07/2025)
Keterlambatan ini tidak hanya berdampak pada kondisi psikologis korban, tetapi juga memberi tekanan berat kepada ibu korban yang saat ini sedang menjalani masa pemulihan pasca melahirkan. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran akan munculnya baby blues syndrome, gangguan emosional yang bisa mengarah pada depresi pascamelahirkan.
Pihak keluarga korban menyayangkan minimnya respons cepat dari KPAD, terutama dalam menyediakan pendampingan psikologis secara intensif. Mereka menilai bahwa lembaga yang seharusnya menjadi garda terdepan dalam perlindungan anak justru tidak menunjukkan kepekaan dan keseriusan dalam merespons penderitaan korban.
“Kami berharap ada perhatian serius dari KPAD. Anak kami membutuhkan dukungan trauma healing secepatnya, sementara ibunya juga dalam kondisi rentan setelah melahirkan. Kami takut tekanan ini akan menimbulkan masalah psikologis ganda dalam keluarga,” ujar salah satu anggota keluarga korban saat ditemui di kediamannya.
Dalam kondisi emosional yang masih belum stabil, ibu korban mengungkapkan perasaan duka dan penyesalannya yang mendalam atas peristiwa yang menimpa anaknya.
“Saya masih belum bisa tenang, kasihan anak saya. Perbuatannya itu terus terbayang-bayang dipikiran saya. Saya membayangkan posisi anak saya saat ditarik ke dalam rumah itu, betapa takut dan tersiksanya dia. Saya merasa sangat bersalah karena telah lalai menjaga anak saya. Sampai sekarang, saya belum bisa memaafkan diri sendiri. Tadi saya baru saja menelepon anak saya, dia masih mengeluhkan sakit di perutnya, kemaluannya, dan juga di bagian dadanya. Dia ingin datang ke sini, tapi dia takut melihat rumah pelaku.”tambahnya.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada pernyataan resmi dari KPAD Konawe Selatan terkait kelambanan tersebut. Namun, sejumlah pihak mendesak agar lembaga ini segera bergerak aktif melakukan pendampingan, baik kepada korban maupun keluarga terdekat, guna mencegah dampak jangka panjang yang bisa lebih parah.
Kasus ini menjadi pengingat penting bahwa sistem perlindungan anak di daerah masih perlu dibenahi, terutama dalam aspek respons cepat, koordinasi antar instansi, dan pendekatan yang berpihak pada pemulihan korban. Masyarakat berharap KPAD Konawe Selatan segera mengambil tindakan konkret untuk mengembalikan kepercayaan publik terhadap lembaga yang memiliki mandat melindungi anak-anak dari segala bentuk kekerasan.
GIT